BASISBERITA.COM, Jakarta – Sudah bukan menjadi rahasia umum bahwa kopi Gayo asal pegunungan Aceh merupakan salah satu jenis kopi Arabika paling digemari masyarakat Indonesia maupun mancanegara. Kopi Gayo menambah harum reputasi kopi nusantara sebagai salah satu komoditas ekspor yang terus berkontribusi pada ekonomi Indonesia.
Di balik nikmatnya secangkir kopi Gayo, terdapat kerja keras para petani yang merawat tanaman kopi dan mengolahnya menjadi biji kopi berkualitas agar dapat dinikmati warga dunia. Para petani yang tergabung dalam Koperasi Panca Gayo Coffee adalah salah satu bagian dari rantai pasok ekspor Indonesia yang saat ini memperoleh pendampingan bersama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Aceh, Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bener Meriah yang dibentuk menjadi sebuah sentralisasi produksi kopi.
Sentralisasi produksi kopi ini merupakan bagian dari Desa Devisa Klaster Kopi di Provinsi Aceh. Saat ini, terdapat 250 petani kopi yang tersebar di sepuluh desa di Kabupaten Bener Meriah, Aceh yang menjadi tulang punggung ekonomi Desa Devisa tersebut.
Keberhasilan para petani tersebut tidak lepas dari campur tangan Pemerintah Kabupaten Bener Meriah dan Pemerintah Provinsi Aceh yang berkolaborasi dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), serta didukung oleh Bank Syariah Indonesia. Kolaborasi ini berhasil menghidupkan ekosistem ekspor di daerah tersebut agar bisa menjadi pelaku ekspor yang berkelanjutan.
“Kami mengapresiasi kolaborasi dengan LPEI yang membuat para petani semakin sadar untuk berorientasi pada kualitas agar produk mereka bisa menjadi komoditas ekspor. Fasilitasi LPEI juga membuka cakrawala petani bahwa produk yang mereka hasilkan bisa diterima di etalase dunia,” ujar Rionald Silaban, Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan di saat peresmian Desa Devisa Kopi Gayo pada bulan Januari lalu.
Dilansir dari data realisasi ekspor Pemerintah Provinsi Aceh 2022, total ekspor produk kopi asal Aceh telah memberikan kontribusi ekspor sebesar USD 47,6 juta atau sekitar Rp 701,4 miliar dengan catatan volume kopi di kisaran 7.255,8 ton.
Robusta juga tidak kalah penggemarnya, sebanyak 242 petani kopi di Kabupaten Subang, Jawa Barat sukses mencatatkan ekspor komoditas dengan volume 19,2 ton ke Mesir di awal tahun 2023 dan berhasil mengekspor 18 ton kopi arabika ke Arab Saudi di tahun 2021 silam. Pemberdayaan petani ini melalui Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah di bawah naungan Desa Devisa Kopi Subang, yang tersebar di 6 desa, yaitu Cisalak, Nagrak, Cupunagara, Darmaga, Sukakerti, dan Pasanggrahan.
Berkaca dari pengalaman ini, Kepala Divisi Jasa konsultasi LPEI, R. Gerald Grisanto menuturkan, bahwa pendampingan dan pelatihan yang diberikan LPEI kepada para petani kopi Subang telah memberikan dampak positif berupa peningkatan pendapatan desa sebesar 60 persen dibandingkan sebelumnya.
“Pelatihan yang telah kami berikan selama ini ditujukan untuk memperluas akses pasar ekspor, meningkatkan kemampuan budidaya dan pengolahan tanaman kopi, dan tidak kalah penting, menyempurnakan prosedur penyusunan laporan keuangan,” imbuhnya.(sco/*)