BASISBERITA.COM, Manado – Ada wadah organisasi untuk alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) yang diberi nama Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada yang biasa disingkat KAGAMA. Untuk di Sulawesi Utara (Sulut) juga ada sejak lama, KAGAMA Pengda Sulut.
Uniknya dalam 5 tahun terakhir nama Taufik M Tumbelaka seakan melekat dengan KAGAMA di Sulut. Dan ternyata ini ternyata juga terkait salah satu materi dari pembicaraan empat mata Taufik Tumbelaka dengan Gubernur Sulut, SH Sarundajang sekitar 12 tahun lalu.
“Ya, KAGAMA Sulut sudah ada sejak lama. Alumni UGM sudah saling berinteraksi dimasa Wakil Gubernur Sulut pertama, almarhum Abdullah Mokoginta. Beliau pernah berkisah tentang itu saat saya dengan senior KAGAMA di Sulut, mas Agus S Budiarso bersilaturahmi di rumah beliau di Winangun Manado. Dan sekitar 12 tahun lalu pernah almarhum Pak SH Sarundajang undang diskusi empat mata di rumah jabatan, Bumi Beringin. Ada banyak yang dibahas dalam pembicaraan hampir 2 jam, seperti masalah politik, pemerintahan, pembangunan dan lainnya. Saat itu juga sempat disinggung KAGAMA di Sulut. Beliau sempat bilang coba urus itu KAGAMA karena secara angkatan saya senior (Fisipol UGM tahun 1986, red),” tutur Taufik Tumbelaka yang juga Pengamat Politik & Pemerintahan Sulut.
Lanjut Tumbelaka tentang awal mula keterlibatan dalam KAGAMA di Sulut.
“Dalam pembicaraan panjang empat mata dengan Gubernur Sarundajang hampir 2 jam itu terpaksa berakhir dikarenakan beliau akan menghadiri 40 hari berpulangnya salah satu Kepala Dinas di Pemprov Sulut. Dan kami sudah tidak membahas tentang KAGAMA lagi. Sekitar tujuh tahun lalu wartawan salah satu media massa terkenal yang juga sahabat saya, almarhum Ryo Noor sempat bicara tentang alumni UGM di Sulut Lalu setelah berkoordinasi dengan beberapa pihak, saya undang pertemuan di ruang kerja Pak Kadis Happy Korah. Dari situ saya berkenalan dengan alumni paling senior, almarhum mas Liliek Yuliarso dari Kehutanan angkatan 1982. Ada juga dua Letnan dari KODAM XIII/Merdeka, mbak Trecy Marito dan mas Rezky, ada akademisi Unsrat mas Arthur Thambas dan mbak Peggy Egam. Datang juga dua petinggi dari Kanwli BNI, mas Eko dan mas Dewo dan jajaran. Lalu saya sempat bolak balik Jakarta sekitar 4 X untuk urusan KAGAMA dengan Ketua I Bidang Organisasi dan Keanggotaan, mas Anton Mart Irianto,” jelas Taufik Tumbelaka.
Tentang lahirnya KAGAMA Manado Taufik Tumbelaka menjelaskan.
“Dalam penyusunan kepengurusan KAGAMA Sulut waktu itu, saya sebagai salah satu dari lima pemegang mandat, saya tidak bersedia masuk dalam pengurus harian walaupun saya termasuk yang utama menyusun nama berdasarkan masukan dari semua unsur alumni dan saya termasuk dalam tiga calon Ketua, Robby Dondokambey, birokrat Rudy Mokoginta dan saya. Tapi saya memilih masuk jajaran Dewan Penasehat. Dan saya lalu fokus mendirikan KAGAMA Manado karena belum ada. Waktu itu saya undang dua senior KAGAMA di Sulut, almarhum mas Liliek Yuliarso, mas Agus S Budiarso dan juga ada mbak Lucia Lefrandt, mas Surono dan wartawan media nasional mas Kristian Oka. Cuma butuh tiga minggu tuntas. Kagama Manado lahir,” ungkap Tumbelaka.
Terkait terbitnya Surat Keputusan (SK) untuk lahirnya KAFISPOLGAMA Sulut Taufik Tumbelaka menjelaskan.
“Awalnya diskusi kecil dengan teman lama dan alumni Fisipol UGM, mas Reviva Maringka (Asisiten I Setda Kabupaten Minahasa). Lalu saling japri dengan Ketua Umun PP KAFISPOLGAMA, mas Setya Utama yang juga Sesmensekneg. Lalu saya undang teman-teman. Fasilitator tempat mbak Feybe Rondonuwu. Hadir dari Minut, mas Styvi Watupongoh, dari Mitra, mas Altin Sualang, dari Fisip Unsrat ada mas Welly Waworundeng, mas Yurnie Sendow dan mas Franky Rengkung. Semua berjalan lancar. Disepakati susun kepengurusan. Dan mas Reviva Maringka menjadi Ketua. Disepakati juga tidak perlu full 5 tahun masa bhakti supaya bisa bergantian. Puji Tuhan, SK sudah keluar dan keberadaan KAFISPOLGAMA Sulut setahu saya saat diajukan merupakan Pengda ke 2 setelah Pengda. DI Yogyakarta,” terang Taufik Tumbelaka yang dari sejak di UGM sudah senang berorganisasi di Senat Mahasiswa Fisipol UGM.(sco/*)