BASISBERITA.COM, Kotamobagu – Calon Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), Steven Kandouw, menjawab pertanyaan mengenai isu perubahan iklim dan pemanasan global yang berdampak dan mengancam berbagai aspek kehidupan termasuk ketahanan pangan.
Sekaligus cara memitigasi dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan berkelanjutan.
Dalam debat pertama Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulut di Hotel Sutanraja, Kota Kotamobagu, Rabu (9/10/2024), Steven Kandouw menegaskan yang pertama bagaimana mempertahankan lahan pertanian agar tidak alih fungsi.
“Kita akan memperketat regulasi itu, jikapun ada lahan yang harus dialihfungsikan harus ada penggantian lahan. Lahan pertanian terutama untuk memproduksi kebutuhan pokok, harus kita siapkan penggantinya apabila memang perlu,” terangnya.
Yang tak kalah penting, lanjut dia, bagaimana menjaga distribusi logistik pangan serta mengoptimalkan sinergitas dengan instansi vertikal, salah satunya Bulog, guna memastikan ketersediaan pangan.
Menghadapi perubahan iklim yang saat ini menjadi masalah global, Steven Kandouw dan Denny Tuejeh berkomitmen untuk memastikan program pro petani.
“Kita harus pro dengan petani, kita kasih bantuan pupuk, bangun sarana prasarana, kalo perlu kita tetapkan digitalisasi pedesaan agar kita tahu persis daerah-daerah yang kekurangan pupuk,” tegas Steven Kandouw.
SK-DT juga memastikan merancang program berkelanjutan yang akan dilakukan dalam lima tahun ke depan.
“Yang pertama kita akan mendorong PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) kita kalau bisa naik 15 sampai 20 persen per tahun,” ucap Kandouw didampingi Tuejeh yang juga dikenal dengan sebutan pasangan BERKAT (Bersama Kandouw-Tuejeh).
Selain itu juga menggenjot ekspor lewat direct call melalui darat, laut dan udara yang saat ini juga sementara berlangsung. Meningkatkan investasi juga menjadi perhatian SK-DT. Di mana, saat ini Sulut menjadi salah satu daerah realisasi investasi terbaik di Indonesia.
“Kita juga tetap mendorong pertumbuhan desa dengan mendukung ekonomi pedesaan,” lanjutnya.
Kandouw menerangkan patut berbangga karena dalam hal ketahanan pangan, Sulut berada di batas aman, meskipun dunia saat ini mengalami krisis pangan.
“Walaupun hanya empat kabupaten yang boleh swasembada pangan, tapi kita akan dorong jadi delapan kabupaten,” tegas Kandouw didampingi Tuejeh.
Dari segi pariwisata, Kandouw menyebut Sulut sebagai one of the best in Indonesia. Ini dibuktikan dengan ditunjukkan Likupang Minahasa Utara sebagai salah satu dari lima daerah pariwisata super prioritas.(sco/*)